Di artikel ini...
Bicara soal BIM seperti tidak ada habisnya. Selalu ada saja teknologi dan terminologi atau jargon yang baru kita dengar. Teknologi berkembang pesat dan dapat membantu kita dalam bekerja, termasuk di bidang konstruksi. Namun di sisi lain, kita merasa sangat jauh tertinggal dan kebingungan dalam mengimplementasikannya. Salah satu jargon yang paling sering kita dengar adalah dimensi BIM. 3D, 4D, 5D, sampai sekarang ada yang mendefenisikan sampai 12D.

Istilah dimensi sangat populer, namun juga sangat membingungkan. Akhirnya saya tergelitik untuk membahas dimensi BIM ini dari sisi lain setelah melihat postingan plesetan dimensi BIM ini di LinkedIn. Mari kita bahas beberapa fakta dan mitos dimensi BIM ini.
1. Dimensi BIM tidak didefenisikan di standar BIM
Walaupun istilah 5D, 6D, 7D dan seterusnya ini sangat popuper, namun kenyataannya tidak ada standar BIM yang mendefenisikan dimensi BIM. Anda tidak akan menemukan istilah 8D di PAS 1192, ISO 19650, atau BS EN ISO 19650.
Karena tidak ada standar yang baku, defenisi dimensi ini bisa berbeda-beda. Jika anda mencoba mencari dengan Google, anda akan melihat ada yang mendefenisikan sampai 6D, tapi ada juga yang sampai 12D.

Apakah karena BIM tidak diatur di standar BIM, kita tidak perlu memperhatikan dimensi BIM? Kita tetap dapat menggunakan istilah dimensi BIM hanya sebatas mengkomunikasikan intent atau tujuan penggunaan BIM di proyek tersebut. Namun detailnya harus tetap dijabarkan di dokumen panduan BIM seperti PIR, EIR, dan BEP.
2. Tidak ada penjabaran dimensi BIM yang komprehensif
Mungkin kita semua tahu apa itu 4D, 5D, dst. Tapi tidak ada penjelasan yang detail tentang setiap dimensi, apa yang harus dilakukan untuk memenuhi persyaratan tersebut. Jika suatu proyek dituntut harus menggunakan 5D, apa yang harus dilakukan? Apakah jumlah kuantiti cukup? Apakah total biaya proyek sewaktu ditenderkan? Ataukah pemantauan penggunaan cost selama proyek berlangsung, termasuk pekerjaan tambah kurang? Informasi apa saja yang diperlukan? Bagaimana delivery-nya?
Sekali lagi, hal-hal seperti ini harus didefenisikan di dokumen panduan BIM proyek agar tidak membuat kebingungan pihak-pihak yang terlibat di proyek.
3. Dimensi BIM bukan penambahan secara berurutan
Saya pernah mendapatkan pertanyaan dari salah satu kontraktor yang bertanya, bagaimana supaya mereka bisa memenuhi persyaratan tender proyek BIM sampai 7D. Menurut mereka, saat ini sudah melaksanakan sampai 5D. Jadi tinggal nambah 6D dan 7D saja.
Kebingungan ini lumrah. Jika kita bekerja dengan 3D, maka kita harus punya 2D. Sumbu Z baru bisa membentuk 3D kalau ada sumbu X dan Y. Namun dimensi tambahan selanjutnya tidak harus berurutan dan harus dipenuhi semua. Misalnya perencana yang harus menghitung emisi karbon (alias 6D) bisa saja bekerja dengan model BIM 3D tanpa harus membuat 4D dan 5D.
4. Dimensi BIM tidak mendefenisikan pembagian tanggung jawab pekerjaan
Kebingungan selanjutnya adalah pembagian tanggung jawab. Siapa yang membuat 4D dan 5D? Bagaimana kontraktor harus memenuhi persyaratan 6D? Bagaimana konsultan perencana dapat memenuhi persyaratan 8D?
Hal ini sebaiknya didefenisikan di responsibility matrix agar pekerjaan yang dilakukan tidak tumpang tindih.
Alternatif Penggunaan Istilah Dimensi
Sebaiknya penggunaan istilah dimensi dihindari, atau setidaknya dikurangi. Hanya sebatas menunjukkan tujuan penggunaan model BIM saja, bukan untuk mendefenisikan penggunaan BIM di proyek tersebut. Definisikan informasi apa saja yang memang dibutuhkan untuk melaksanakan proyek tersebut. Dokumentasikan dengan jelas bagaimana informasi itu harus dibuat dan dibagikan. Usahakan agar BEP dipahami setiap pihak yang terlibat dan diikuti dengan baik.
Sebelum adanya BIM kita sudah bisa membuat schedule proyek, menghitung biaya proyek, membangun gedung yang mendapatkan sertifikasi greenship, dan sebagainya. Jadi BIM bukan hanya untuk membuat kita dapat melakukan apa yang dulu kita tidak bisa lakukan.
Informasi di BIM memungkinkan kita mendapatkan informasi yang lebih baik selama pelaksanaan konstruksi, sehingga kita dapat mengambil keputusan yang lebih baik juga. Setiap keputusan itu benar, berdasarkan pengalaman pengambil keputusan dan informasi yang dia miliki pada saat itu. Jika kita dapat menyediakan informasi yang lebih baik, maka diharapkan keputusannya juga lebih baik.
Mari kita mulai berpikir untuk menyediakan informasi yang diperlukan di proyek konstruksi dengan BIM, tidak terpaku dengan dimensi BIM saja.