Di artikel ini...
Istilah BIM 3D, 4D, dan 5D telah lama digunakan untuk menggambarkan tingkat penerapan BIM dalam suatu proyek. Meskipun terdengar intuitif, pendekatan berbasis “dimensi” ini sering kali menimbulkan interpretasi yang berbeda di antara para pemangku kepentingan proyek.
Sebagai contoh, BIM 4D umumnya diartikan sebagai model yang terhubung dengan jadwal konstruksi. Namun dalam praktiknya, tidak ada definisi baku mengenai sejauh mana keterkaitan tersebut harus diterapkan. Hal serupa juga terjadi pada BIM 5D, yang sering diasosiasikan dengan biaya, tetapi dengan pemahaman dan ekspektasi yang sangat bervariasi.

Dimensi BIM juga sering menimbulkan ekspektasi yang keliru. Jika di satu proyek menerapkan BIM 7D, maka ada persepsi proyek itu juga harus menerapkan 3D, 4D, 5D, dan 6D juga.
Akibatnya, istilah BIM dimension lebih berfungsi sebagai label daripada alat komunikasi teknis yang efektif. Dalam konteks kolaborasi proyek, kondisi ini berpotensi menimbulkan perbedaan ekspektasi antara owner, konsultan, dan kontraktor. Akhirnya proyek menjadi dibebani detail yang tidak perlu karena tidak ada defenisi yang jelas tentang implementasi BIM ini.
Mendefinisikan BIM Use dalam Proyek
Pendekatan yang lebih jelas dan terstruktur adalah dengan mendefinisikan BIM Use. BIM Use menjelaskan secara spesifik bagaimana model BIM akan digunakan untuk mendukung proses bisnis dan teknis dalam proyek.
Contoh BIM Use antara lain:
- Koordinasi desain dan clash detection
- Quantity take-off dan cost estimation
- Construction sequencing dan metode pelaksanaan
- Shop drawing dan fabrication
- Asset information untuk handover dan fase operasional
Sebuah proyek bisa menggunakan satu atau lebih BIM use.
Dengan mendefinisikan BIM Use sejak awal:
- Tujuan penggunaan BIM menjadi eksplisit
- Lingkup pekerjaan BIM dapat diturunkan secara lebih akurat
- Risiko miskomunikasi antar stakeholder dapat diminimalkan
- Lebih efisien karena model dan informasi yang dibuat tidak berlebihan dan tidak kurang
Dalam kerangka ISO 19650, BIM Use berkaitan erat dengan proses penentuan Exchange Information Requirements (EIR). EIR tidak menanyakan “BIM 4D atau 5D”, melainkan informasi apa yang dibutuhkan, kapan dibutuhkan, dan untuk tujuan apa. Dengan kata lain, BIM Use menjadi dasar dalam penyusunan kebutuhan informasi proyek.
Menggunakan LOIN yang Sesuai untuk Setiap BIM Use
Setelah BIM Use didefinisikan, langkah berikutnya adalah menentukan Level of Information Need (LOIN) yang sesuai. ISO 19650 menekankan bahwa informasi yang diminta harus tepat guna, bukan sebanyak mungkin.
LOIN mencakup tiga aspek utama:
- Level of Geometry: tingkat kedetailan representasi geometris
- Level of Information: atribut dan data non-geometris
- Level of Documentation: keluaran pendukung seperti drawing atau schedule
Setiap BIM Use memerlukan LOIN yang berbeda. Sebagai contoh:
- BIM Use: koordinasi desain. Ini membutuhkan geometri yang cukup akurat untuk deteksi benturan, tetapi tidak memerlukan detail fabrikasi
- BIM Use: quantity take-off. Ini membutuhkan konsistensi klasifikasi dan properti kuantitas, namun tidak selalu membutuhkan geometri yang sangat rinci
- BIM Use: construction planning. Ini membutuhkan keterkaitan elemen dengan zona, tahapan, atau aktivitas konstruksi

Pendekatan ini sejalan dengan prinsip ISO 19650, yaitu memastikan bahwa informasi yang diproduksi berada pada tingkat yang sesuai terhadap tujuan penggunaannya. Dengan demikian, LOIN menjadi alat pengendali mutu sekaligus efisiensi produksi informasi BIM.
BIM Dimension Tidak Lagi Relevan
Penggunaan istilah BIM dimension seperti 3D, 4D, dan 5D tidak lagi memadai untuk menjelaskan kebutuhan BIM dalam proyek konstruksi yang semakin kompleks. Istilah tersebut cenderung ambigu dan tidak secara langsung merepresentasikan kebutuhan informasi yang sesungguhnya. Untuk konsep masih bisa diterima, tapi harus didefenisikan dengan jelas detailnya.
Pendekatan yang lebih efektif dan selaras dengan ISO 19650 adalah:
- Mendefinisikan BIM Use secara jelas berdasarkan tujuan proyek
- Menentukan LOIN yang sesuai untuk mendukung setiap BIM Use
- Mengaitkan keduanya dengan EIR dan proses manajemen informasi dalam CDE
Pendekatan inilah yang pada akhirnya akan meningkatkan kualitas kolaborasi, kejelasan, dan pada akhirnya keberhasilan implementasi BIM secara keseluruhan.
Terima kasih paparannya